Half Purple and Blue Butterfly

Jumat, 06 April 2012

Potongan Episode Bersama Emak

Pendahuluan dulu yaaa…!

            Sebelumnya, mohon dimaklumi. Berhubung aku ini adalah asli orang sunda, jadi kebanyakan orang itu memanggil namaku dengan merubah lafal huruf ‘Z’ menjadi huruf ‘J’, tepatnya berbunyi ‘Suji’. Haha… Ehm, tapi mungkin memang karna namaku yang unik sehingga cukup banyak panggilan-panggilan yang berbeda yang ditujukan untuk memanggil namaku. Diantaranya, Suzi, Zi, Suji, Ji, Susi, Sus. Bahkan ada juga yang senang membalikan namaku menjadi Izus, tapi lebih sering terdengar Ijus sebenarnya. Dan ada satu panggilan istimewa, meski tidak bagus, yang hanya digunakan oleh keluarga terdekat dan beberapa teman untuk memanggil dengan nama tersebut, yakni Kujil. Hahaha, Jelek ya… 
            Hal tersebut hanya seputar nama. Selanjutnya, mohon dimaklumi mengenai bahasa yang akan aku gunakan. Bahasa yang aku gunakan disini adalah bahasa sunda, bukan sunda halus. Ngerti lah bagaimana kualitas bahasa sundanya orang bogor, halus dan kasarnya bahasa tidak dibedakan berdasarkan kata-katanya, melainkan hanya dibedakan dari nada yang digunakan diperhalus jika memang ingin terkesan halus.
Haduh, semoga teman-teman mengerti dengan maksudku ya…

Ya udah, mulai yukk…!

Selesai sholat Isya bareng di kamar  emak.
            “Ji, uji mah kan pinter, bisa maca. Atuh eta buku anu dibere ku emak dibaca, diapalkeun, diala elmu na… Lamun emak mah kan teu bisa maca, ke lamun bacaan na geus ka ala, uji ajarkeun emak. Mumpung ngora keneh, gampang neangan elmu na. Nya?”
            “Heu’euh, mak. Tapi na uji mah jelema na males, mak, lamun keur teu hayang-hayang teuing mah. Hehe”
            Bla bla bla…

Suzi main ke kamar emak malam hari.
            “Ji, mumpung emak aya keneh ieu mah nya. Eta, sholat ulah ditanggalkeun nya. Aduh, ulah, ulah, ulah, nya neng… sing gewat lamu rek sholat teh. Emak mah nyaah ka uji”
            “Heu’eum, mak. Tenang weh’
            Bla bla bla…

Emak lagi sakit, suzi main malem-malem ke kamar emak.
            “Ji, uji umur na beraha taun ayeuna?”
            “Genep belas taun. Kunaon, mak?”
            “Oh, dua taun deui atuh…”
            “ih, naon, mak?”
            “ atuh geura kawin, mahi geus delapan belas taun mah. Emak ge keur kawin jeung abah umur delapan belas taunan lamun teu salah mah”
            “Ih, si emak mah. Lila keneh uji mah, mak. Leutik keneh atuh”
            “Ah, leutik keneh naon. Mahi umur sakitu kawin mah. Lamun geus parawan mah, ulah sok tampikan. Aya lalaki anu resepeun mah daek weh lamun manehna geus gawe mah”
            “Hahahahaha, emak mah eheyyy…”
            “Yeeh, pan mumpung emak aya keneh. Supaya emak bisa nungkulan uji nikah. Emak kan geus kolot, ji. Nya?. Emang uji ayeuna geus boga kabogoh can?”
            “Haha, aduh emak ih… Atuh tenang weh, mak. Geus aya ke, tempokeun weh nya. Ke uji kedeng ge nikah yeuh deuh, hehe”
            Bla bla bla…

Main ke kamar emak, kebeneran ada abah yang lagi sakit.
            Bla bla bla…
            “Lagian sih abah mah ngaroko wae. Eta batuk na teu eureun-eureun oge”.
            “Haha, kajen deuh. Teu ngenah atuh Ji lamun teu ngaroko mah”
            “Ya eta tuh geuningan abah jadi batuk wae, kan jadi teu ngeunah awak karasana, bah…”
            “Heu’euh, deuh…”
            Bla bla bla…
            “Bah, eta abah duit na anu sok dipake meuli rokok lamun disimpen mah lumayan, bah. Loba eta, uuh mantep !”
            “Atuh, geura uji anu meulikeun rokokna jeung abah”
            “Ihiiy, embung. Nyaah dibeulikeun jeung rokok mah”
            Bla bla bla
            “Abah, coba geura abah ulah ngarokok heula sabulan weh. Ke lamun abah bisa, uji ke meulikan daging hayam deuh jeung abah jeung emak”
            “Daging embe weh atuh coba, haha. Heu’euh, bener nya”
            “Haha… Heu’eum, beneran. Tapi abah ge beneran ulah ngaroko heula”
            “Tapi saeutik mah kajen atuh”
            “Iiih, abah mah kitu daa. Embung atuh teu jadi uji meulikeun dagingna”
Bla bla bla… Tertawa bersama-sama…

DAN MASIH BANYAK LAGI POTONGAN EPISIDE YANG LAINNYA  ^_^

Senin, 12 Maret 2012

Semangat Memuncak !!!

   Hhm, Allah cintaku. Jadi makin cinta padaMu deh ! hihihi ^_^
Rasanya diri ini seperti telah menemukan jalan yang akan memudahkan aku untuk senantiasa lebih dekat denganMu, Cintaku.
Ehm... aku, saya, diri ini, yang pastinya tak pernah luput dari kekhilafan, akan selalu bersemangat untuk mendapatkan cinta dariMu, Cintaku.
Love love love, untukMu. ^_^

*** Cinta Tingkat Tinggiii ... Takkan Tergantiii ... Takkan Pernah Matiii ... Pasti Abadiii ***

Berpikir, yuk...!

Mari bertafakur dengan potongan-potongan lirik nasyid bermakna dibawah berikut ini :

* Satu Cinta - Star5
Engkau satu cinta yang slamanya aku cari
Tiada waktu kutinggalkan demi citaku kepadaMu
Walau seribu rintangan kan menghadang dalam diri
Ku teguhkan hati ini, hanya padaMu kupasrahkan
   
     Hhm, memang sudah selayaknya hal seperti harus ada dalam diri kita.
- Apa? Cinta yang sangat mendalam pada Allah swt.
- Perasaan seperti apa? Perasaan selalu ingin berada dekat denganNya
- Bertindak sebagaimana? Sebagai seorang hamba yang tak akan pernah berhenti berusaha untuk mendapatkan cintaNya tanpa merasa terbelenggu oleh apapun.


*Muhasabah Cinta - edCoustic
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

    
     Nah, inilah yang semestinya kita rasakan.
- Apa? Kepasrahan diri yang mendalam pada Allah swt. dengan bertawakal
- Perasaan seperti apa? Sabar disertai keoptimisan yang tinggi
- Bertindak sebagaimana? Tak henti berdoa padaNya, memohon untuk selalu diberikan segala hal yang terbaik bagiNya untuk kita
- Bagaimana berpikir? Bahwa Allah tak pernah lupa untuk memberikan nikmatNya untuk kita. Karena itu kita harus selalu bersyukur. Dan tidak hanya bersyukur dengan berucap, tapi juga bertindak.


Sudah sudah... hehe
Itu saja dulu yooooo... huhuhuhuhu :) :) :)

Selasa, 03 Januari 2012

Dialah Siska

Namanya Siska, atau lebih akrab dipanggil Ika. Salah satu dari sekian banyak anak korban perceraian orangtua. Lebih dominan, dia memang dikenal sebagai anak gadis yang ternilai kurang baik perilaku dan sikapnya. Tapi jauh didalam dirinya, aku tahu bahwa dia sebenarnya adalah seseorang yang baik. Aku tahu benar. Dengan tertutupi oleh sifatnya yang tidak pedulian dan tomboy, sehingga tidak nampak oleh setiap orang yang belum mengenalnya lebih dekat bahwa sebenarnya dia juga memiliki perasaan sebagaimana layaknya seorang wanita berhati halus. Hatinya dapat rapuh dan cairan bening dari matanya dapat mengalir ke pipinya kala ia sedih meratapi nasib yang menimpanya… Saat ini aku tidak bisa banyak bercerita tentang dirinya.

Disini telah kutuliskan ungkapan hati seorang Siska dengan bahasanya yang sederhana dan cara menulisnya yang seadanya. Tulisan ini kuambil dari sebuah lipatan-lipatan kertas yang membentuk satu buah buku kecil berisikan tulisannya. Buku kecil ini kutemukan diantara banyak buku kecil sejenisnya yang lain milik teman-teman sekelasnya ketika itu. Terletak dibagian bawah rak buku di perpustakaan sekolah SMP-ku. Kuambil dan kupinjam untuk aku abadikan isinya diblog ini ketika aku kesana untuk main setelah pulang sekolah. Kebetulan saat itu aku pulang lebih cepat dari sekolah.

Pada saat dia membuat dan menuliskan ini, kondisinya dia masih sekolah di SMPIT Nurul Fajar menduduki kelas VII, sebelum pada akhirnya dia memutuskan berhenti sekolah untuk menyusul ke tempat ibunya berada, tepatnya di Cibodas, seperti apa yang diinginkannya. Dan dengan beberapa alasannya lainnya yang tidak bisa kutuliskan disini…

Curhatan Siska :

“Pada suatu hari saya bersekolah di sebuah SMPIT Nurul Fajar dan sekolahnya pun luar biasa. Kemudian saya belajar dengan teman2.ku kemudian saya pun pulang kerumah. Saya pun melihat ibu ku dan ayah ku berkelahi. Lalu ibuku pergi meninggalkan aku. Dan ayahku akupun sedih karna ibuku sudah melahirkan ku.sejak baby hingga sekarang ini.
Aku setiap malam menangis. aku sangat rindu karena ibu sudah bekerja keras untuk keluargaku. aku ditinggalkan ibu sudah 4 tahun. aku pun ingin bertemu dengan ibu. Ibu aku berjanji aku sudah dewasa aku akan menyusulmu ibu ibu kenapa beberapa saat ini ibu ga pernah menengokku. aku pun sangat rindu. Ibu aku kapan bisa bertemu dengan ibu, aku selalu memikirkan mu. Ibu kenapa ibu meninggalkanku begitu saja. aku terharu kehilangan seorang ibu. ibu sudah berjasa kepada keluargaku.”

Keaslian isi tulisan :

Gambar ini lebih jelas :


Kubaca tulisannya ini berulang-ulang, mencoba memahami maksudnya. Karena rangkaian kata yang dia tuliskan ini memang agak berlibet dan harus jeli agar bisa tepat memahaminya. Tidak terasa ternyata mataku basah, dan penglihatanku buram terhalang air mata ketika membaca untuk kedua kalinya perlahan-lahan. Aku mulai mengerti maksudnya dan aku bisa membayangkan dengan jelas bagaimana perasaannya ketika sedang menuliskan ini.

Oh, Siska… Berbahagialah kau selalu. Kan kudo’akan agar kau selalu dalam perlindunagn Allah. Aku berharap kau dapat merubah pribadimu menjadi lebih baik dan Allah mempermudah perubahanmu dengan segala petunjuk dan kasih sayang-Nya. Aamiin ya Allaah…

Puisi dari Ilham

Hhm, dapet puisi baru nih dari Ilham…

Hah, sampe berusaha dibuat sepersis mungkin dengan hasil tulisan Ilham yang sebenernya, supaya tidak ada unsur perubahan, asli, murni, dan bukan hasil plagiat karena sudah dapat ijin langsung dari Ilham tuk bisa kutuliskan diblogku ini…

Ilham sedikit bercerita, katanya dia iseng-iseng buat puisi pada saat sedang ulangan pelajaran Ekonomi ketika UAS kemarin itu. Hhm, mungkin dia mengisi waktu kosong setelah selesai mengerjakan soal-soal ulangan, atauuu karena dia sudah merasa pusing dengan soal-soal ulangannya maka dia beralih dengan membuat puisi. Hahaha, perlu diketahui juga, kalau Ilham ini membuat puisinya diatas potongan kertas buram kecil yang disediakan sekolah untuk mengorat-oret hitung-hitungan. Hahahaha, bener-bener gak ada kerjaan Ilham itu dan gak modal juga ternyata.

Inilah yang Ilham bilang sebagai puisi hasil karyanya !
Tuhan memberikan 2 mata
Untuk memandangmu
Tuhan memberikan 2 telinga
Untuk mendengarkan senandungmu
Tuhan memberikanku 1 mulut
Hanya untuk Mengucap Puji Syukur
Karena aku dapat bersamamu
Tuhan memberikanku 2 tangan
Untuk menjagamu
Tuhan memberikanku 2 kaki
Hanya untuk menemanimu
Tapi tuhan hanya memberikanku 1 hati
Yang kugunakan hanya untuk mencintaimu
                        ILHAM IRWANSYAH

Haha, agak aneh dan sedikit lucu juga kalau diteliti tiap katanya. Coba perhatikan, Ilham mengatakan ‘tapi’ diakhir-akhir untuk kata 1 pada sebuah hati, padahal sebelumnya Ilham sudah mengatakan 1 pada sebuah mulut. Hhm, tidak salah sih. Cuma terkesan agak janggal saja, keunikan rangkaian katanya jadi agak lecet. Hehehe (Maaf Ilham, hanya iseng berpendapat)

Bisa ditebak! Pasti ada satu orang yang sangat jelas terbayang oleh Ilham dalam pikirannya ketika sedang merangkai kata dan menuliskan puisi ini. Dan tak bisa dipungkiri, bukan husnudzon dan bukan juga su’udzon, seseorang yang Ilham pikirkan adalah seorang ‘teman’ wanita yang disukainya, entah teman dalam arti seperti apa. (hehe, hanya iseng berpendapat lagi)

Udahan deh cuap-cuapnya… ^_^
Hhm, selesai juga.


Eh, nambah dikit.
Sedikit bocoran…! Suatu malam setelah beberapa hari Ilham memberikan kertas yang berisikan puisinya itu padaku untuk kusalin. Ilham memintaku untuk mengirimkan puisinya itu melalui SMS. Eum, sampe pegel jari rasanya ngetik-ngetik puisinya itu, tapi akhirnya kukirimkan juga walau agak lama karena aku tak punya pulsa dan harus pinjam Hp kakakku dulu… Tebakanku lagi, sepertinya malam itu Ilham akan memberikan puisinya pada someone yang istimewa. Hehehe… (hanya pendapat)

Nambah dikit lagi.
Padahal kalau orang yang ditujunya adalah mamanya. Bisa dipastikan, pasti mamanya akan menangis haru penuh cinta karena diberi dan dibacakan puisi seperti itu oleh anak jagoannya. Secara Ilham kan lelaki, yang menurut pengakuannya sendiri “Cowo Maco”. hahaha