Half Purple and Blue Butterfly

Senin, 09 Desember 2013

Dibuat karena pesanan, haha.



“Bosan”

Ini dan itu kembali lagi
Dirasakan tiada berganti
Hampa melekat di dalam hati
Pikiran berjalan terus menanti
          Yang kucari belumlah ada
          Adanya dalam tiada
          Ketiadaan yang mengada
          Akankah menjadi nyata?
Sesuatu ingin kuraih
Terus kucari tiada perih
Tak kuhiraukan rasa sedih
Meski hati menangis lirih
          Di jalan air yang tak mengalir
          Rasa ingin tak pernah tersingkir
          Akankah kutemukan akhir?
          Bosan hati kurasa getir

Ini Sudah Terjadi



“... ... ... ... ...”
            Ah, benarkah ini? Kau mengatakannya.
            Sudah sangat cukup satu kali itu saja.
            Menyadari bahwa kau telah memintaku untuk tidak menghubungimu lagi itu seperti mendengar suatu ancaman, seperti “Aku akan membunuhmu”. Sama menakutkannya meskipun dengan efek yang berbeda.

                ...

Padahal aku sudah berusaha maksimal untuk bersikap sebiasa mungkin. Bahkan sangat biasa. Aku bersikap padamu sama seperti ketika aku bersikap pada temanku yang lain. Sungguh, dari hati yang paling dalam dan dengan niat yang sudah aku lurus-luruskan dengan sekuat yang  bisa aku capai, berusaha menyingkirkan segala bentuk niatan negatif dalam hati atau pikiran meskipun itu hanya sedikit. Aku sudah berusaha. Sungguh, aku sudah berusaha.
            Aku mengharapkan tidak akan pernah terjadi keadaan yang seperti ini. Sangat tidak kuharapkan. Aku... Aku jadi ingat semua yang indah-indah dulu. Cuplikan film kehidupan ketika terjadi suatu masa yang menyisipkan tokoh aku dan kau. Beberapa episode itu adalah indah. Seharusnya yang seperti itu tidak musnah. Aku ingin... Aku ingin dapatkan lagi saat-saat seperti itu.
            Kapan ini dimulai? Siapa pula yang telah meng-klik tombol start untuk memulai kelanjutan episode film kehidupan yang sangat tidak indah ini dalam hidupku? Ingatkah...?
            Aku tidak senang ini terjadi. Aku benci... Ingin aku bisa merubah keadaan ini menjadi kembali baik. Dimanakah tombol finishnya? Beri tahu aku. Apa yang harus aku lakukan?

            ...

            Siapa aku untukmu dan siapa kamu untukku? Ingatkah?
            Kenapa kita tidak seperti itu lagi sekarang? Kenapa? Tidak bisakah aku atau kau mengembalikan posisi kita masing-masing menjadi pemeran tokoh yang tepat seperti dulu itu?
            Seharusnya bisa. Aku sudah memulainya beberapa kali. Tapi aku tidak melihat kau melakukannya. Kau malah membiarkan tali yang telah aku lemparkan kearahmu menjadi terkulai tanpa arti kearah tanah karena ujung talinya tidak pernah kau tangkap. Mungkin... Kelak untaian talinya akan tertutup debu-debu yang menebal, sehingga tali terlihat seperti lama-lama terkubur tanah.
            Tahukah kau? Detik ini aku menangis. Aku menyesalkan diriku yang tidak mampu memperbaiki hubungan ini.
            Tahukah kau? Detik ini tetesan air mata pertamaku telah lepas melewati pipiku. Dan, “...tess...”. Sempurna. Aku menangis.

...

Hey... Aku jadi rindu padamu. Karena hal ini, aku bisa melihat bayangan bahwa aku tidak bisa bersamamu lagi. Maksudku, kita tidak sedang dalam hubungan yang baik-baik saja. Maksudku, apakah sekarang ini kita bermusuhan?
Apakah... Apakah aku hanya menjadi pemain figuran yang akan lewat sebentar saja di dalam sedikit episode film  kehidupanmu? Dan apakah... Apakah kau hanya pemain figuran yang akan lewat sebentar saja di dalam sedikit episode film kehidupanku?
Ah... Sebentar sekali. Terlalu indah permainan kita sebagai pemain figuran yang hanya lewat sebentar saja dalam episode kehidupan kita masing-masing; kau dalam hidupku dan aku dalam hidupmu. Itu indah, tapi hanya sebentar, kemudian terlewatkan dan terlupakan.
Tahukah kau? Detik ini air mataku sudah mengering. Sudah cukup aku menyayangkan hal ini terjadi. Aku tinggal hanya berpikir. Berpikir untuk sesuatu yang tidak terpikirkan. Kosong.

...

Seharusnya aku menyalahkanmu atas semua ini.
Tapi, aku tidak akan pernah melakukannya.