Half Purple and Blue Butterfly

Minggu, 13 November 2011

Anak Ini


Sketsa Rumah Anak Ini

………MAAF, SAYA SEDANG TIDAK BERSEMANGAT MEMBUAT AWALAN CERITA………
(ketik tik tik)…………….………………………………………………………………….
...dgfdhsv…dsvZffhdflfi….fyaddlo….dfguIgd….dde.ggqrfAejuy…shrythYng..raghhj….
LsdhuqSwfxnxhjiosdgklpsdnjcgioCsdflbfsdpfreyrqwyWxnmcvpoervbsdasdprSwvrbcksd
…….………………………….………………………………………………(ketik tik tik)
………MAAF, SAYA SEDANG TIDAK BERSEMANGAT MEMBUAT AWALAN CERITA………

Langsung aja, ya...!


            “ Wow, ini semua gambar buatan kamu ? “
“ Iya “
“ Subhanallah, bagusnya… Ini kamu berbakat banget. Kamu jago, ya, buat gambar manga kayak gini. Aku aja tuh gak bisa, lho, Dek “ Ungkapku.

Kemudian aku melihat-lihat semua isi buku gambar anak ini. Sampaik akhirnya aku menemukan sebuah gambar yang menarik perhatianku di halaman urutan kedua dari belakang.

“ Wah, ini sketsa rumah ya?! “ kataku. “ Bagus banget. Siapa yang buat? Kamu? “ Tanyaku pada gadis cantik berusia sekitar 9 tahunan itu.
            “ Iya “ Jawabnya.
            “ Ini gambar sketsa rumah kamu, bukan ? “
            “ Iya ! “,  kemudian “ Nanti “. Lanjutnya.

            Wow…! Aku takjub. Aku melihat ke arah anak ini secara cepat. Wajahnya tampak biasa, seakan apa yang telah dia katakan barusan itu tidak mengandung arti apapun, tapi juga terlihat seperti ada keyakinan diwajahnya. Raut wajah anak ini seperti berkata, “Yah, memang itu yang akan terjadi. Apa yang ada dalam gambar ini adalah rumahku nanti “, seperti itu nampaknya.

            Tanpa banyak berkata, kemudian aku…

             “ Nama saya Suzi “ Kataku sambil mengulurkan tangan.

Anak ini mengulurkan tangannya agak ragu, tapi kemudian menjabat tanganku. Dan tersenyum kecil.

Kemudian aku melanjutkan,

“ Selamat ! Gambar ini memang akan menjadi rumahmu nanti ! “ Akhirnya.

Anak ini tersenyum lagi. Lebih lebar dan lebih lama. Tapi kemudian aku beranjak bangun untuk segera sholat Dhuhur, setelah beberapa saat menunggu giliran untuk mengenakan mukena. Hal ini biasa dilakukan ketika akan sholat di Al-Hurriyah saat sedang ramai jamaahnya, karena persediaan mukena yang terbatas, maka mukena yang ada dipakai bergantian.

Setelah selesai sholat. Aku melihat anak itu sudah tidak ada ditempatnya tadi ketika berbicara denganku.
           

Cerita, ah...


Bocah Ini Mengesankan

            “Assalamu’alaikum wr. wb” Ke kanan, “Assalamu’alaikum wr. wb” Ke kiri.

            Baru saja aku selesai menunaikan shalat Dhuhur di masjid Al-Hurriyah. Belum sempat aku berdoa. Tiba-tiba, 3 detik kemudian …

            “Kak, kak…!“ Seorang gadis kecil nan manis yang duduk disebelah kananku segera menyapa dengan nada cepat.
            “Iya, kenapa?”, kataku dengan senyum, agak cepat pula.
            “Kak, emangnya kalau ibu-ibu sholatnya kapan sih ?“ tanyanya dengan wajah penuh tanya dan terlihat begitu polos.
            “Hah ???“

Aku bingung dengan pertanyaan anak ini. Tapi aku juga berpikir tidak ingin membiarkan anak ini begitu saja dengan rasa penasarannya untuk ingin tahu dan keantusiasannya untuk bertanya. Apalagi, tiba-tiba beberapa temannya ikut menghampiri, 5 anak kalau tidak salah ingat. Aku berpikir, “Wah, bakalan ada banyak pertanyaan nih. Kudu hati-hati ngejawab. Kalo nggak, gawat nanti kalo mereka salah tangkep jawabanku“. Maka aku pun menjawab petanyaan-pertanyaan anak ini yang agak membingungkan itu.

“Iya. Ini kok ibu-ibu gak ada yang sholat ya, kak?“. Tanyanya mengulang pertanyaan sebelumnya tadi yang belum aku jawab dengan perubahan kalimat.
“Oh… Ya mungkin mereka sekarang lagi dijalan, dek. Untuk sholat kesini“ Jawabku sambil tersenyum. Padahal aku sendiri tidak tahu siapa yang aku sebut mereka, dan juga tidak yakin kalau diluar sana memang ada yang pantas aku sebut ‘mereka’, yaitu ibu-ibu yang akan datang ke Al-Hurriyah untuk sholat Dhuhur.
“Oh…” wajahnya agak puas dengan jawabanku. “Kak, itu kok kakaknya yang sholat itu gak pake kerudung, Kak ? Ayahnya untadz dan ulama, tapi kakak itu kenapa gak pake kerudung? Kenapa, Kak ?“. Lanjutnya bertanya, sambil menunjuk beberapa mahasiswi yang memang tidak mengenakan kerudung, mereka  baru saja selesai sholat.

Aku. Tidak tahu. Bingung. “Ya Allah, maksud pertanyaan anak ini apa? Aku benar-benar tidak mengerti. Aku tidak bisa menangkap maksud pertanyaan anak ini dengan jelas” Kataku dalam hati. “Allah, Aku jawab seadanya saja, ya…” Kata hatiku lagi.

“Hhm, mungkin kakaknya belum terbiasa, Dek” Jawabku seadanya.
“Kalau ana udah biasa, Kak” Kata anak itu.
“Wah, alhamdulillah kalo gitu, ya…” Aku tersenyum.
“Ana juga, kak“ Kata anak yang lain.
“Ana, kak. Ana juga udah biasa. Ana kalo main sama temen ana, ana pake kerudung, tapi temen-temen main ana gak pake kerudung“ Kata yang lainnya lagi

Sempat berpikir, “Hah, ini anak apa semuanya namanya Ana ?”,  tapi kemudian tersadar bahwa mereka sebenarnya menyebut diri mereka Ana yang maksudnya adalah aku atau saya dalam bahasa Arab. Kemudian berkata lagi dalam hati “Oh, rupanya anak-anak ini terbiasa mengenakan istilah bahasa sehari-hari dengan bahasa Arab”.
Kemudian, aku merasakan hatiku bergetar entah kenapa. Ada perasaan malu. Sepertinya aku malu pada Allah. Entah karena apa?.

“Kalau ana belum terbiasa, kak. Tapi kalau pergi-pergi ana pake kerudung“ Satu dari mereka mengakui.
“Iya, kak. Dia mah pake kerudungnya nggak terus-terusan, kak” Yang lainnya berbicara padaku, “Ana, pernah lihat antum gak pake kerudung waktu main keluar rumah” lanjutnya pada anak yang dengan pengakuannya tadi. Anak yang tadi dengan pengakuannya pun hanya tersenyum-senyum saja.
“Hhm, gapapa kok. Kita kan masih belajar. Yang sudah terbiasa dilanjutkan dan yang belum terbiasa coba mulai dibiasakan. Ya…!“ Kataku. Aku mulai merasa lega karena sepertinya pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan seperti tadi itu tidak akan terlontarkan lagi dari mulut-mulut mereka yang mungil, lucu dan bawel-bawel ini. Alhamdulillah. Soalnya aku khawatir akan salah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

“Iya“. Jawab mereka agak serentak.

Diam 3 detik. Kemudian…

“Kak, ruangan kuliah dimana?“ Yang tadi bertanya, bertanya lagi
Aku. “Ya Allah, apa lagi ini?” Dalam hati. Akhirnya aku menjawab, “Ruangan kuliah banyak, sayang” Kataku.
“Punya kakak?“
“Oh, aku SMA. Di SMA Kornita“
“Oh“
“Kalian dari SD mana? Sekolahnya…“
“Insan Kamil“
“Oh“ kataku ber-Oh

Diam 5 detik. Kemudian bicara lagi…

“Kak, aku mau mabit“
“Wah, dimana ? Disini ?“ Aku bertanya
“Iya“

Mereka berdialog tidak mengajakku,

“Ana, mau ikut mabit, dong. Dibolehin sama ummi ana“ Si A memulai.
“Ana juga dibolehin“ Katanya B. “Eh, antum mau ikut?“ Tanya si B pada C.
“Iya, ana juga ikut“.Kata C menjawab pertanyaan B.
“Ana, gak ikutan. Nanti dijemput pulang sama abi ana“ Lanjut si D.

Aku menyela pembicaraan mereka dan memulai lagi…

“Ih, aku pengen ikut. Boleh gak ?“
“Ikut aja, kak. Tapi nanti serem, kak. Malemnya bangun jam dua“ Katanya
“Iya, kak, ikut“ Yang lainnya. “Ikut, kak“ Lain lagi.
“Wah, seru itu mah. Gak serem, Dek“.
“Iya“ Tiga orang mengiyakan agak serentak.

Kemudian…

“Ssst, ssstt, sssttt… Ayo ayo ayo”

Seseorang memerintahkan mereka untuk segera turun. Wanita. Dan orang tersebut melihat ke arahku dengan mimik wajah seperti bertanya dalam hatinya, seperti ini “Siapa dia ?“. Menurutku ibu itu adalah salah satu guru mereka. Melihat pakaian dan gaya ibu itu, sepertinya cukup mencirikan bahwa dirinya adalah guru anak-anak itu. Kemudian mereka pun pergi begitu saja.

Dan…

“Dadaaah, kak“. Kata anak yang tadi banyak bertanya itu mengakhiri pembicaraan sambil berdiri dan segera pergi turun dengan berjalan sedikit berlari.
“Daaah“ Aku pun.

Selesai sudah pertemuan singkat itu dengan mereka. Aku melepaskan mukena. Dan segera beranjak untuk kembali ke sekolah.  

Musikalisasi Puisi Lagi


Guruku

Wahai kau guru-guruku
Aku sangat hormati dirimu
Cintai dan menyayangimu
untuk slama-lamanya

trimakasih ku ucapkan
atas ilmu yang telah kau beri
tak terhitung semua jasamu
oh begitu indahnya

ku nikmati semua, cintamu
cintamu yang telah kau beri
kepada diri ini

oh kau guruku, maafkan
maafkan semua kesalahan
kesalahan yang tlah ku buat

guru-guruku ku mohon
janganlah pernah kau lupakan
lupakan diri ini

sungguh ku mohon
cintaiku sbagai muridmu
di NUFA Nurul Fajar ini

Musikalisasi puisi. Puisi ini diciptakan oleh saya dan seorang teman bernama Renida, dinyanyikan dengan nada dari lagu Langkahku, milik Zahra Damariva. Namun nadanya tidak berurutan, ada bagian nada yang terlewat ketika menyanyikan lagu tersebut dengan puisi ini.


Musikalisasi Puisi


Rasa tak berarti

Terlihat diri ini
Berubah tumbuh dewasa
Hati dan raga penuh coretan
Hitam jatuh pada putihnya

Oh tuhan apakah ini
Mengusik bayang-bayangku
Datang dan pergi begitu halus
Rasa tak berarti

Dia yang datang mengganggu setiap hariku
Indah terasa tapi tak tenangkan jiwa

Bayang-bayang dirinya hiasi setiap lamunku
Senyum kecil ku tersipu malu terusik karnanya

Tuhan tolonglah bantuku menjaga hati
Ku hanya ingin tinggikan cinta pada-Mu

Oh tuhan cintaku pada-Mu takkan tergantikan
Oleh cintaku padanya


Musikalisasi puisi. Puisi ini diciptakan oleh saya dan seorang teman bernama Renida, dinyanyikan dengan nada dari lagu Bunda, milik Melly Goeslaw. Namun nadanya tidak berurutan, ada bagian nada yang terlewat ketika menyanyikan lagu tersebut dengan puisi ini.

Jumat, 27 Mei 2011

Sejarah SMP-ku Tercinta (Ketahuilah Kisahnya)

Sumber : http://belajarikhlas.multiply.com/journal/item/4

"Diceritakan oleh Ibu Lisda, kepala sekolah kami yang sangat kami cintai. Tak ada pendeskripsian yang bisa kami ungkapkan seperti apa gambaran seorang Ibu Lisda yang amat Luar Biasa segala kebaikannya"



Ini sejarah SMPIT Nurul Fajar.

(wah, belum apa-apa sudah ada yang berkomentar : ”Mudah-mudahan tidak segera jadi sejarah semata ..” )

Yah ini bukan betul-betul cerita sejarah. Tak detil menjelaskan waktu, tempat, orang dan kejadian. Tulisan ini hanya sedikit mengungkap saja apa yang masih ada dalam kenangan dan apa yang ada dalam harapan. Hehe ceillee...

Mulai dari mana ya? Sepertinya tidak lengkap kalo tidak cerita tentang TKnya dulu.

Jadi, ini tentang TK Fatimah. TK yang keberadaannya kemudian melahirkan Yayasan Nurul Fajar Bogor.

Bermula dari kebutuhan sendiri, yang sebenarnya kebutuhan banyak orang

(tetangga de el el) tapi mereka gak sadar aja atawa gak ngeh, yang ingin menyekolahkan anak (Maryam) tapi terkendala dengan kondisi kampung ini.

Jauhnya jarak ke kota, buruknya fasilitas angkutan, jalan yang jueleeeq, membuat aku, seorang ibu hamil pada waktu itu, merasa sangat kelelahan jika tiap hari harus untuk keluar dari kampung ini untuk menyekolahkan anak dan bekerja.

Lalu, ya begitulah, kubuat sekolah-sekolahan di rumah dengan mengundang anak tetangga dan balita-balita dari posyandu terdekat. Ada Iqro’, ada ABCD dan 1234, gambar-gambar buatan sendiri di atas kertas-kertas bekas, nyanyi-nyanyi dan do’a-do’a. Mula-mula hanya dua kali seminggu, gantian dengan jadwal ngajar di AMIK, sampai akhirnya kupilih menekuni TK ini saja dan melepaskan pekerjaan dosen. Pertimbangannya sederhana, kalau pekerjaan dosen ditinggalkan akan mudah cari pengganti. Banyak yang sedang antri. Tapi ’kerjabakti’ demi anak kampung, sulit betul cari teman apalagi pengganti. Maka, di sini aku dengan pilihanku.

Berikutnya, ada banyak sambutan, beragam bentuk dan rasa, bulat lonjong positif negatif manis pahit tarik dorong bisik teriak beri minta dan bla bla bla....

Alhamdulillah, semuanya menjadi pelajaran berharga bagi insan yang ngaku mau dakwah ini. Semoga seluruhnya akan membawa rasa syukur padaNya.

Hingga sekarang seperti ini. Tak ada prestasi yang mendunia atau apalah, aku cuma berani bilang kami memimpin dalam pendidikan prasekolah di kampung ini. Alhamdulillah.

Demikianlah, kemudian banyak pihak yang berharap dengan sangat, agar semua kerja ini berlanjut terus bagai terbitnya fajar di kampung yang ’gelap’ini (minjam istilah Mang Agus). Fajar yang membawa benderangnya Islam dan Dakwah pada titik pencilan di bumi Allah yang bernama Cikarawang.

Jadi itulah usut asal nama yayasan, yang mula-mula diurus untuk kebutuhan legalitas sekolah TK, tapi lalu menjadi wadah juga untuk macam-macam kegiatan lain dan melibatkan banyak orang lainnya pula. Kegiatan paling baru adalah merintis usaha penggemukan sapi, sekarang baru sampe bikin kandangnya. Mudah-mudahan bisa berjalan ya. Hidup Nurul Fajar Bogor !!!

Siapa yang hebat? Allah saja. Allahlah dengan semua pertolonganNya. Allahu Akbar!!!

Boleh juga kusebut barisan pejuang cantik berhati mulia yang tak pernah bisa terbayar pengorbanannya untuk TK: Bu Lilis, Bu Uja, Bu Aam, Bu Wiwit, Bu Sutini, Bu Tini, Bu Neng, Bu Ida, Bu Ida lagi, Bu Saroh, dan semua ibu lain yang datang kemudian... Sebagian masih di sini, sebagian entah di mana. Jangan tanya pendidikannya, karena memang sangat beragam. Tapi lihatlah... kalau mau berbuat, siapa pun bisa mewujudkan muwashofat nafiun li ghoirihi. Subhanallah.

Dan kemudian, ada semangat serupa yang menular ke Cangkrang dan Kompleks IPB, dusun berbeda tapi masih desa kami jaga.

Senangnya,.. ada TK di mana-mana, dan belajar dari kita! Mudah-mudahan jadi tabungan untuk beli tiket ke Syurga. Ya Allah, berkahilah kami...

Lalu, waktu itu ada pemikiran baru. Selepas TK mereka ke mana?

Maka berjalanlah TPA untuk menjawab kebutuhan ini. Sayang, tumbuhnya tak sesehat TK, ada masa hibernasinya, gitu. Aha!? Tapi, belum mati koq. Tahun ini insyaAllah akan diupayakan suasana dakwah dibuat sehangat summer, agar TPA kembali menggeliat dan melompat, mengejar ketinggalannya. Bismillah.... Allahummanshurna...

Lalu lagi, ada permohonan ada banyak orangtua untuk berdirinya SMP.

Ada dua perkara yang jadi pertimbangan utama. Pertama, letak SMP yang jauh sehingga membuat biaya transport jadi sungguh besar . Kedua, mereka berharap anak-anaknya bisa kembali bangga dengan atribut keislamannya, sebagaimana yang pernah mereka rasakan sewaktu di TK.

Aku perlu waktu 3 tahun untuk mengendapkan permintaan ini, menguji kekonsistenan permintaan tersebut. Nggak mau kan bikin sekolah lalu bubar gak keruan.

Awal tahun 2007, ketika akhirnya kuberanikan diri mengungkapkannya di hadapan para pemuda mujahid dramaga, ternyata perlu waktu juga untuk membiarkan ide itu tumbuh menjadi pemikiran-pemikiran dan kemauan untuk memulai.

Nah, kemudian dengan mengumpulkan banyak semangat dan do’a, dibuatlah struktur, konsep, spanduk, formulir... dan lain-lainnya. Di situ ada angan-angan, ada impian, ada keluh kesah, ada lelah, ada tawa … ada air mata juga. Pak Sidik tercintalah yang setia memimpin agar cita-cita ini terwujud, hingga .....

Siapa jadi kepala sekolah?

Agak malu, tapi jabatan itu kuminta juga!

Kenapa?

Karena aku pernah punya pengalaman, jadi guru, jadi dosen.

Karena aku paling tua.

Karena aku yang punya ide awal.

Karena aku yang akan tinggal tetap di Cikarawang.

Karena aku sanggup tidak dibayar.

Karena aku paling kenal orang Cikarawang.

Karena aku sudah banyak melewati kondisi buruk di sini sehingga -dengan banyak mohon pertolongan Allah- mungkin paling siap menghadapi situasi seburuk apapun.

Dan... banyak karena-karena lainnya yang kalau dikumpulkan mudah-mudahan cukup menjadi sumber kekuatan untuk bertahan pada masa merintis.

Pesimis? Bukan. Aku hanya terlalu sayang pada semangat baru anak-anak muda calon guru itu. Semangat baru ... masih perlu waktu untuk matang dan mantap.

Jangan tumpukkan kecewa dan malu pada mereka jika sekolah ini tak seberhasil yang dicita-citakan. Jangan biarkan mereka putus asa dan berhenti dalam kondisi sulit di awal. Kalau ada nenek tua yang terus maju dengan segala ketakberdayaannya, maka hati muda yang baik-baik itu tentu mau membantu sang nenek ( hA ha Ha ... Kalo nenek adalah ilustrasi yang ’ketuaan’, boleh ganti dengan ibu deh). Ya Allah, hiasi kami dengan banyak kesabaran dan keteguhan hati.

Lalu suatu saat kalau sekolah ini berhasil berjalan baik, siap memberi ma’isyah pada kepala sekolah dan guru, aku bisa mundur dan kembali pulang ke rumah. Yang muda yang meneruskan. Insya Allah lebih baik dan pasti hebat. Amin.

Dan inilah realitanya.

Di tahun pertama SMP yang kami tawarkan belium dapat merebut banyak hati. Yang mengambil formulir banyaaaaak. Yang datang serius bertanya-tanya memang lebih dari 10 orang. Tapi yang benar-benar mendaftar ada 9 orang, itu pun yang pada akhirnya datang sekolah ada 7 orang, dan yang hingga kini masih sekolah hanya 6.

Dan, guru-guru, para pemuda pejuang sejati (Hanafi, Darma, Sofyan, Ai, Eko, Burhan) dengan segala kesibukan, kerepotan, dan keterpaksaannya sendiri sendiri J, adalah orang-orang yang paling berjasa membuat sekolah ini tetap ’hidup’. Kami dapat tambahan dua orang ibu guru yaitu Bu Heni dan Bu Didit yang juga bukan guru biasa-biasa saja. Sungguh..... aku bangga sekali akan mereka semua! Tapi belum bisa membalas apa-apa! Untuk menyampaikan terimakasih saja aku belum pernah bisa ngomong dengan nada yang tepat. Terlalu malu, terlalu banyak berhutang budi. Jazakumullah khoirun jaza. Mudah-mudahan dengan kesediaannya membantu jalannya sekolah ini, Allah swt bantu mereka di semua urusannya.

Dan tibalah kini masa promosi.

Hari besarnya Ahad 9 Maret yang lalu.

Telah berlangsung Try Out untuk siswa SD yang sedang menghadapi UAN. Peserta 99 orang (yang dicari bukan tanpa susah payah). Penyelenggaraannya cukup meriah, meski bukan tanpa cacat. Aku berhutang budi lagi pada kerja keras para guru. Sejuta do’a untuk mereka.

Aku juga punya berjuta doa untuk anak-anak ini.

Allahu ya Latif… lembutkan hati anak-anak SD itu.

Allahu yaa Rahman … hidayahkan kecintaan padaMu di hati mereka.

Allahu yaa Karim izinkan kami menjadi bagian dari bukti rahmatan lil Alamin...

Beri kami kesempatan untuk berbagi ilmu dengan bocah-bocah yang masih takut untuk bercita-cita ini.

Dan di ujung dari itu semua, sampaikan kami pada keridhoanMu, ya Allah.

Bukankah RasulMu pernah bilang, jika seorang hamba keluar dari rumahnya untuk memenuhi hajat saudaranya seiman adalah lebih baik dari i’tikaf sebulan lamanya. Maka dengan menyebut namaMu ya Allah, sungguh kami bekerja di sekolah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan saudara kami akan pendidikan yang baik, memenuhi kebutuhan saudara-saudara kami yang mungkin tak seberuntung teman-temannya di kota.

Berilah kami ampunanMu untuk semua kekeliruan yang kami buat, dan Ya Allah... Jagalah kami dengan petunjukMu. Hiasi kami dengan kesabaran berdakwah di jalanMu. Berilah kami keselamatan dalam kehidupan kami di dunia dan akhirat nanti. Amiin

Senin, 23 Mei 2011

Hanya Cerita Fiksi...

"Gadis Kecil Itu"

Taman bunga adalah tempat bermain favorit Anna, Anna Salsabila. Seorang gadis kecil cantik yang sangat senang bermain boneka barbie di taman tersebut. Anna adalah anak semata wayang dari seorang pasangan suami istri yang cukup bahagia dengan kondisi finansial kehidupannya yang tergolong cukup, tempat tinggalnya tidak jauh dari taman anggrek tersebut.

Anna adalah anak yang baik, cantik, penurut, juga memiliki hati yang lembut. Ia enggan jika melihat orang-orang disekitarnya menampakan raut wajah yang sedih. Bahkan ia selalu bisa bersikap dewasa dalam mengambil keputusan untuk ukuran seorang anak seusianya yang baru berusia 5 tahun.

*~_”_~*

Sore itu Anna sedang bermain seorang diri dipinggir danau kecil didalam taman tersebut. Dia asyik bermain dengan dengan boneka barbienya yang cantik dengan gaun berwarna pink, Shely nama barbie sekaligus teman bermainnya itu. Anna tidak pernah lupa membawa Shely kemanapun dia pergi, bahkan ia membawanya ketika hendak mandi.

Suatu hari, sempat terlihat dia berlari-lari sambil tertawa riang di taman itu. Dan samar-samar terdengar dia berbicara solah-olah sedang berdialog dengan seseorang, padahal ketika itu hanya dia yang terlihat disana, tak ada yang lain. Selain dia dan juga bonekanya. Semua orang yang melihatnya pasti akan mengira kalau anak itu gila. Tetapi itulah dia. Gadis kecil yang lucu.

Begitulah Anna selalu menghabiskan waktunya, hampir setiap hari di sore harinya. Dia tampak riang meski hanya bermain sendirian, tanpa ada seorang teman. Dia dikenal sebagai anak yang tidak pernah baik, tidak pernah membuat ibunya kerepotan, tidak seperti anak-anak yang lain.

*~_”_~*

15 tahun kemudian…

Anna tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik sempurna, dia dikenal sebagai gadis yang baik, bijaksana, pintar, anggun, sopan, bahkan dia menjadi seorang muslimah yang selalu istiqomah dengan segala kebaikannya. Dan tidak dikira, ternyata dia adalah seseorang yang supel, dia pandai bergaul bahkan dengan orang baru sekalipun. Padahal dia adalah seorang gadis yang introvert semasa kecil dulu.

Dia banyak menjuarai berbagai macam lomba selama bersekolah, ketika SD, SMP, SMA, dan ditempat ia kuliah sekarang pun dia tetap bisa menjadi bintang di kampusnya.

Dialah Anna…


Rabu, 13 April 2011

Puisi Isi Harapan

"Cukup Satu dan Sekali"

Cukup satu untuk membuat aku bahagia
Dan sekali seumur hidup

Satu untuk kuberikan cinta
Dan sekali untuk menghidupkan cinta

Tak perlu ada yang lain 
Dan tak perlu berulang kali

Cukup kau satu 
Dan denganmu sekali 
... 

Puisi Lagi Nich...!!! ^_^

Ada menjadi Tiada

Kehadiranmu menyebabkan kepergianmu
 Ceritamu yang telah terekam kini hanya kenangan
Cintamu yang telah terukir kini hanyalah sebuah seni hidup

Apa arti akhir semua ini?
Bahagiakah karena pernah disinggahimu?
Atau sedihkah karena kini telah ditinggalkanmu?

Bahagia pastilah semu
Sedih pun tak tentu nyata
Haruskah aku berduka?
Atau bahagia tuk hanya sekedar menghindari kesedihan?

Rinduku tak terpenuhi
Tak perlu lagi rasanya rindu itu...
Cintaku belum saatnya terbalas
Menjaganya dalam hati, itulah yang akan aku lakukan...

Wahai Allah
Tetapkanlah hati ini dalam cinta kepadaMu
 

Kamis, 03 Maret 2011

Satu Lagi Tentang Bocah Dunia...

^_^ Hhm, Fiuuh...!
  
Kejadian ini terjadi sekitar satu setengah bulan yang lalu. Jadi, waktu itu aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dari sekolah. Sore hari, kurang lebih jam setengah 5.

Singkatnya...
Ketika itu ditengah perjalanan, aku melihat seorang anak perempuan berseragam putih biru, "anak SMP" pikirku ketika itu. Dia baru saja turun dari angkot, dan aku berjalan dibelakangnya.
Aku perhatikan anak itu dari belakang dan aku melihat ada yang aneh dengan dirinya, tapi sebenarnya biasa saja sih... ??? Eegh, bingunglah...!
Aku melihat anak itu sedang meniupkan pelembungan sambil berjalan didepanku (semoga kalian tahu pelembungan yang aku maksud, karena aku bingung untuk mendeskripsikannya). Dan sesekali ku lihat dia melirik ke arahku beberapa kali, sepertinya dia mengagumiku... (hehe, entahlah... Tapi itu yang aku rasakan).
Ada yang  membuat aku sedih ketika itu, karena sepertinya kaki anak itu cacat. Ku lihat anak itu berjalan dengan menggeser-geser kaki sebelah kanannya, dan agak terpincang-pincang sedikit.
Ada yang membuat aku terharu juga. Saat itu, dia menoleh kebelakang dan melihat ke arahku. Dia memperhatikan aku yang sedang memeluk beberapa buku paket mata pelajaran didadaku, karena hari itu aku membawa banyak buku. Dan seketika itu aku lihat dia membuka tasnya, aku pun terus memperhatikannya karena aku penasaran dengan apa yang akan dia lakukan. Masya Allah, tak kuduga...!!! ternyata dia meniru caraku membawa buku... Aku terharu, aku melihat wajah polos itu, aku iba dibuatnya. Timbul rasa ingin mendekatkan diri dengannya. Tapi aku bingung, panggilan apa yang akan aku tujukan padanya? Neng atau ade??? Akhirnya aku putuskan untuk memanggilnya dengan sebutan ade... Ku awali pendekatan itu...

"De, sekolah dimana?" tanyaku padanya
"Di tb..." jawab anak itu singkat dengan wajah tanpa ekspresi
"Oh, terbuka... di SADAR ya..." kataku lagi
"Iya..."
"Tinggal dimana, De?"
"Di Carang Pulang"
"Oh, sama dong... disebelah mana?"
"Disana, seremped, KUD..."
"Ooh... kamu pindahan ya?"
"Iya"
"Dari mana?"
"Babakan"
"Oooooh, iya iya iya..."

Ku akhiri perbincangan itu, dan kita berpisah karena arah pulangnya berbeda. Setelah pertemuan itu aku berharap dalam hati, "Semoga nanti aku bertemu dengan anak itu lagi" ... Ku ingat terus pertemuan itu, sampai akhirnya selang waktu 3 minggu setelah hari itu, aku kembali bertemu dengannya. Tapi kali ini tak ada perbincangan, hanya diam, tapi kulihat wajah itu mengharapkan sapaan dariku. Aku bingung, tak tahu harus bertanya apa.

Tiba-tiba...

"Kak, tasnya kebuka..." anak itu berbicara kepadaku.
Aku pun melihat tasku yang ternyata memang terbuka, mungkin sejak dari sekolah. Kemudian aku menutup tasku tanpa berkata apapun padanya.
"Makasih" hanya itu
"Ya"
Kemudian kita berpisah lagi... Dan sampai saat ini aku belum bertemu dengannya lagi...
Entah kapan akan bertemu kembali...

Ada satu harapan dalam hati untuk dia...

"Semoga masa depan anak itu cerah, indah, penuh kebahagiaan. Dan semoga Allah menjadikan dia wanita shalihah yang kuat, cerdas dan tangkas dalam menjalani hidup didunia ini"

Amiin...!!! ^_^

Kamis, 17 Februari 2011

Bocah dunia...??!

Suatu Senin sore, sekitar 1 bulan yang lalu. Ada kejadian yang sepertinya tak mudah aku lupakan, kejadian yang mampu membuat aku jadi sering mengingat dan memikirkannya. kejadian itu mampu membuat aku jadi kepikiran terus... bahkan sampai sekarang saja, aku masih suka inget akan kejadian itu...


Haha, permulaan yang cukup membuat kalian merasa penasaran ya, sepertinyaa sich...!!! hehe...


Mulai aja dech ya ceritanya...


Hhm, jadi begini...
Ketika itu aku baru saja pulang sekolah, sore itu hujan deras baru saja reda. Seperti biasa, aku pulang ke rumah berjalan kaki. Masih agak gerimis sich, tapi aku tak memakai payung walaupun sebenarnya aku mambawa payung, benda itu ada didalam  tasku. tak ku pakai karena aku malas memeganginya, memegangi payung membuat tanganku pegal. Lagipula aku lebih suka main hujan daripada harus memakai payung, dan gerimis itu takkan membuat sakit seketika, pikirku saat itu.


Singkat cerita, ditengah perjalanan aku bertemu dengan 3 bocah lelaki. Bukan wajah yang asing, karena sering kulihat wajah itu walaupun aku tak tahu siapa nama ketiga bocah itu. Mereka sedang berlari-larian, sepertinya mereka juga baru selesai bermain hujan-hujanan karena tubuh serta pakaian mereka basah menyeluruh.


Sebenernya ketika aku melihat mereka dari jarak yang belum terlalu dekat, aku sudah punya niat untuk menyapa mereka dan berlagak sok kenal. Dan saat itu kalimat sapaan yang terpikirkan adalah seperti ini, "Hey, De... Abis main ujan-ujanan yah. Ikutan dong...!". Sepeti itu, tadinya sich.
Tapi ternyata sesuatu yang telah aku bayangkan sebelumnya itu tidak terjadi dalam kenyataan sebenarnya, dan yang terjadi itu justru hal yang tidak terpikirkan olehku sama sekali.


Jadi, ketika ketiga bocah itu baru saja tiba dihadapanku dan aku baru saja menyapa mereka dengan kata "Hey...", mereka malah menarik-narik rok putihku dengan tangan mereka yang kotor dengan tanah. Serentak aku kaget dan agak kesel, aku pun berbicara dengan nada sedikit berteriak "Heey, jangan dong... tangan kamu kotor, De". Dan yang terjadi selanjutnya malah seperti ini,
"Hahahaha..." tawa mereka dengan wajah kemenangan.
kemudian salah satu dari merea berkata, "Eh, bagi duit dulu dong...!" (sebenernya pake bahasa sunda).
Aku kaget...! dan tiba-tiba aku merasa takut karena saat itu aku malah melihat wajah nakal yang mengerikan dari mereka itu, aku berusaha menghindar dan melepaskan pegangan anak itu. Tapi ketika pegangan itu telah berhasil lepas dan aku mulai berlari, anak itu malah mencoba meludahiku. Tapi tidak kena. Alhamdulillah...!


Setelah itu aku berlari sekenceng-kencengnya, aku takut mereka mengejarku, tapi ternyata tidak.


Begitulah ceritanya... hehehe...


 "Bocah dunia..." kataku dalam hati beberapa kali ketika aku melanjutkan perjalanan pulangku menuju rumah.


Begitulah, sering kuingat kembali kejadian itu. Aku memikirkan banyak hal menyangkut kejadian itu, beberapa diantaranya tak dapat aku ceritakan. Hehe... Karena aku kesulitan untuk mengungkapkannya melalui tulisan.




Hhm... ^_^

Rabu, 02 Februari 2011

Sedikit Curhat about kisahku di SMP

Aku adalah salah seorang alumni pertama SMPIT Nurul Fajar, SMP ku tercinta. Telah begitu banyak suka dan duka yang kulalui disana bersama ke-5 teman sekelasku, ialah Kiki, Rya, Elsa, Mila dan Isah. Juga guru yang amat luuaaarrrr biasa hebatnya...!!!

Salah satu pengalaman yang paling berkesan ketika itu, akan ku ceritakan disini, saat ini, saat kalian membuka blog saya ini... Penasaran kan??? (hehe..., pasti dong...!) Hhm, atau mungkin nggak penasaran??? (Uufh, ga pa pa. Ceritanya seru koQ). Jadi gak akan nyesel kalaupun temen-temen baca cerita ini... Disimak yach...!!!

Ehm, jadi begini... Kepala sekolah SMP ku, yaitu Ibu Lisda, ibu kita tercinta... Beliau mempunyai kegiatan rutin tiap tahun yang biasa dilakukan N' ditugaskan pada anak kelas 1 SMP di Nufa (Nurul Fajar), yaitu setiap kali kelas 7 sedang mempelajari pelajaran bahasa Indonesia tentang Puisi, ibu Lisda selalu membawa kita keluar sekolah SMP untuk bersatu dengan alam dan membuat puisi yang temanya "Keindahan Alam". Tujuan kita adalah "Sadap", suatu tempat tepatnya suatu jalan yang biasa dilalui warga sekitar yang kesan alamiah tempat itu masih sangat melekat terlihat oleh mata kita. Bagaimana tidak, karena tempat itu masih terlihat sejuk oleh rimbunnya pohon bambu disebelah kanan dan kiri jalan itu, ada sungai Cilubang, sawah yang membentang luas, dan berbagai jenis objek lukisan alam lainnya dapat terlihat indah oleh kita.

Beliau selalu mengajak setiap anak kelas 7 yang sedang belajar tentang puisi kesana, tujuannya pastilah untuk membuat puisi sesuai dengan keadaan disekitar tempat tersebut. Sejak angkatan pertama sampai angkatan ketiga, hal tersebut pastilah jadi salah satu kegiatan yang akan dirasakan oleh setiap kelas 7. Dengan tujuan yang sama, yaitu membuat puisi. Tapi amat disayangkan, untuk angkatan keempat saat ini sepertinya tak dapat merasakan hal tersebut, karena saat ini tempat tersebut telah mengalami perubahan setelah adanya perbaikan jalan dan penebangan pohon bambu. Kesan sejuk, indah, dan alamiah yang dulu sempat aku rasakan kini hilang karena perubahan itu. Tapi mungkin, mereka masih bisa merasakan hal tersebut. Dengan kegiatan dan tugas yang sama, walaupun mungkin tempatnya yang berbeda, karena ibu Lisda bisa saja memilih tempat lain yang bisa dikunjungi untuk dijadikan tempat mencari inspirasi membuat puisi. Karena di kampungku, masih banyak terdapat tempat lain yang masih bersifat alamiah...

Hehe, mau sedikit berbagi. Saat itu, aku kelas 7 dan melakukan kegiatan yang aku ceritakan diatas tadi. Aku kesana bersama kelima teman sekelasku dan mulai memperhatikan alam sekitar, kemudian membuat puisi...

Inilah puisi hasil karyaku saat itu...

"Keindahan Alam"

Tiupan angin telah membelai wajahku
Gemuruh air dan cicitan burung 
Telah menyejukan telingaku
Birunya langit telah menyempurnakan keindahan alam

Sekelompok bambu yang berkumpul
Meneduhkan jalanan yang sepi
Matahari yang cerah
Menyinari dunia ini

Namun, 
Sampah-sampah yang berserakan
Telah mengganggu pemandanganku
Karena ulah orang-orang 
Yang tidak mempedulikan indahnya alam

Itu dia puisinya, Puisi pertama ketika aku kelas 1 SMP...
hehe, aku sendiri merasakan adanya kekurangan dari puisiku itu...
Yaa, tapi... itulah karyaku... ketika kelas 1 SMP... hihihi 

Puisi kakakku...

"Relatif"


Tak ada yang seharusnya ada
Mengada-ada yang tak ada
Yang tak ada menjadi nyata


Kenyataan tak berwujud
Wujud  seharusnya ada
Adanya dalam ketiadaan


Seperti gemaku saat berteriak
Teriak dalam kebisingan
Teriaku hilang, gemaku hilang
Bising lenyapkan yang ada
Kenyataan berbalik


Teriakku seharusnya ada
Gemaku semestinya nyata
Bising memutar kenyataan
Atau kenyataan yang memutar kenyataannya


Kenyataan tak benar nyata
Kenyataan dalam kenyataan yang nyatanya tak ada

Minggu, 30 Januari 2011

Hari Jum'at Berbahagia di Sekolah

Hhm, bahagianya aku ketika hari jum'at tiba. Hari jum'at mengantarkan aku pada ketenangan jiwa, juga membuat aku merasa nyaman berada disekolah, terasa lebih damai dan menyenangkan.


Hal itu dapat kurasakan karena ketika hari jum'at semua teman-teman akhwatku mengenkan jilbab, sepertinya aku hanya akan merasa pantas menyebut mereka akhwat ketika hari jum'at saja. Dengan seragamnya yang berlengan panjang dan jilbab yang melekat dikepalanya. Cantik...


Tenang banget rasanya kalau melihat orang-orang disekitar itu mengenakan pakaian yang selayaknya dikenakan. Apalagi seragam yang dikenakan hari jum'at itu warnanya putih. Hhm, menambahkan kesan kesucian dihari itu. Indaaah banget...!!!. Tak kalah para ikhwannya, mereka yang biasa mengenakan seragam berlengan pendek, ketika hari jum'at adalah jadwal mereka mengenakan seragam berlengan panjang atau baju koko. Para ikhwan itu akan terlihat lebih kalem dari biasanya ketika mengenakan seragam berlengan panjang. Bahkan siswa yang non-islam pun terkadang menyesuaikan seragam yang mereka kenakan dengan teman-temannya yang lain yang beragama islam, walaupun pastinya siswi non-islam tidak mengenakan jilbab (hehe).


Uufh, seandainya teman-teman wanitaku menyadari... kalau sebenarnya mereka itu akan terlihat lebih cantik ketika mengenakan jilbab. Dan sebenarnya ketika seorang wanita itu menghargai keindahan fisik yang dia miliki karena pemberian dari Allah, seharusnya keindahan itu mereka jaga dan mereka tutupi agar keindahan itu menjadi lebih berarti. Dan biarlah keindahan fisik yang mereka miliki itu dipersembahkan untuk seseorang yang berhak mendapatkannya, terutama untuk suami mereka. Keindahan fisik itu patut disyukuri adanya, dan kita berhak menghargainya dengan harga yang paaaling mahal, tak sembarangan orang dapat menikmatinya.


Hhm, kuharap akan ada hidayah-Nya yang diberikan pada teman-temanku yang shalih dan shalihah. Amiin... Agar kenikmatan yang kurasakan dihari jum'at itu bisa kurasakan setiap hari. Ehm, begitu indah hal tersebut kubayangkan...!!!


Oia, hampir saja aku melupakan sesuatu. Jadi, ketika hari jum'at disekolahku juga ada kegiatan para siswi disekolah untuk mengisi waktu kosong ketika saat shalat jum'at untuk para siswa tiba, nama kegiatannya "Taklim Jum'at". Biasanya acara ini diisi dengan tausiyah, cerita-cerita islami dan kegiatan lain, yang pastinya bermanfaat... pokoknya asyik dech...!!!