Half Purple and Blue Butterfly

Senin, 07 Desember 2015

Sapa-sapa



Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barokatuh ^^
Hai, blog-ku sayang... Aku harap kamu masih mengingatku dengan baik.
Maaf, aku terlalu lama meninggalkanmu. Waktu lalu, ada kekecewaan yang sempat menghentikan aku. Tapi, alhamdulillaah, kini hasrat menulisku telah kembali. Dengan nyawa yang baru. Yeay!!!

Haaaaa, semangat pagiii... !
Ayo, kita bergerak agar bermanfaat !
Aku dengan caraku :)

Dengan tekad menjadi manusia yang produktif dan bermanfaat.
Wahai Allah, aku mohon...
Peluk aku dan jangan pernah lepaskan.
Beri aku petunjuk, jalan yang lurus dan benar.
Ingatkan, apabila aku terlupa atau mulai goyah.

Bismillaah... Allahu Akhbar!

Sampai berjumpa kembali, Secret Reader!
Aku tahu, kalian berjumlah banyak. Hihihi :D (pede aja duluu)
Terbukti dengan adanya sapaan hangat dari beberapa di antara kalian yang masuk ke email-ku.
Kalian lucu deh. Hihi. Ada yang menyatakan rindu, ada yang minta dibuatkan puisi tentang sekolahnya (Hihihi, aku mana tau sekolahmu seperti apa, hehe, lain kali, boleh, kalau mau cerita dulu), juga ada yang minta izin copas tulisanku tapi telat izinnya. Hemm, ck ck ck, kalian ini yah.
Beginilah kita, aku dan kamu. Berteman lewat tulisan. Semoga hubungan kita tetap baik yaa.
Yuk, menulis. Berbagi cerita, saling peduli, saling menesehati dan menyemangati, serta giat menebar manfaat di muka bumi. Dengan cara kita masing-masing. Semoga langkah kita tetap terjaga dalam lingkaran kebaikan yaa.

Ingat! Waktu tinggal kita di bumi ini tidak banyak.
Astaghfirullah. Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai’in qodiir.

Senin, 09 Desember 2013

Dibuat karena pesanan, haha.



“Bosan”

Ini dan itu kembali lagi
Dirasakan tiada berganti
Hampa melekat di dalam hati
Pikiran berjalan terus menanti
          Yang kucari belumlah ada
          Adanya dalam tiada
          Ketiadaan yang mengada
          Akankah menjadi nyata?
Sesuatu ingin kuraih
Terus kucari tiada perih
Tak kuhiraukan rasa sedih
Meski hati menangis lirih
          Di jalan air yang tak mengalir
          Rasa ingin tak pernah tersingkir
          Akankah kutemukan akhir?
          Bosan hati kurasa getir

Ini Sudah Terjadi



“... ... ... ... ...”
            Ah, benarkah ini? Kau mengatakannya.
            Sudah sangat cukup satu kali itu saja.
            Menyadari bahwa kau telah memintaku untuk tidak menghubungimu lagi itu seperti mendengar suatu ancaman, seperti “Aku akan membunuhmu”. Sama menakutkannya meskipun dengan efek yang berbeda.

                ...

Padahal aku sudah berusaha maksimal untuk bersikap sebiasa mungkin. Bahkan sangat biasa. Aku bersikap padamu sama seperti ketika aku bersikap pada temanku yang lain. Sungguh, dari hati yang paling dalam dan dengan niat yang sudah aku lurus-luruskan dengan sekuat yang  bisa aku capai, berusaha menyingkirkan segala bentuk niatan negatif dalam hati atau pikiran meskipun itu hanya sedikit. Aku sudah berusaha. Sungguh, aku sudah berusaha.
            Aku mengharapkan tidak akan pernah terjadi keadaan yang seperti ini. Sangat tidak kuharapkan. Aku... Aku jadi ingat semua yang indah-indah dulu. Cuplikan film kehidupan ketika terjadi suatu masa yang menyisipkan tokoh aku dan kau. Beberapa episode itu adalah indah. Seharusnya yang seperti itu tidak musnah. Aku ingin... Aku ingin dapatkan lagi saat-saat seperti itu.
            Kapan ini dimulai? Siapa pula yang telah meng-klik tombol start untuk memulai kelanjutan episode film kehidupan yang sangat tidak indah ini dalam hidupku? Ingatkah...?
            Aku tidak senang ini terjadi. Aku benci... Ingin aku bisa merubah keadaan ini menjadi kembali baik. Dimanakah tombol finishnya? Beri tahu aku. Apa yang harus aku lakukan?

            ...

            Siapa aku untukmu dan siapa kamu untukku? Ingatkah?
            Kenapa kita tidak seperti itu lagi sekarang? Kenapa? Tidak bisakah aku atau kau mengembalikan posisi kita masing-masing menjadi pemeran tokoh yang tepat seperti dulu itu?
            Seharusnya bisa. Aku sudah memulainya beberapa kali. Tapi aku tidak melihat kau melakukannya. Kau malah membiarkan tali yang telah aku lemparkan kearahmu menjadi terkulai tanpa arti kearah tanah karena ujung talinya tidak pernah kau tangkap. Mungkin... Kelak untaian talinya akan tertutup debu-debu yang menebal, sehingga tali terlihat seperti lama-lama terkubur tanah.
            Tahukah kau? Detik ini aku menangis. Aku menyesalkan diriku yang tidak mampu memperbaiki hubungan ini.
            Tahukah kau? Detik ini tetesan air mata pertamaku telah lepas melewati pipiku. Dan, “...tess...”. Sempurna. Aku menangis.

...

Hey... Aku jadi rindu padamu. Karena hal ini, aku bisa melihat bayangan bahwa aku tidak bisa bersamamu lagi. Maksudku, kita tidak sedang dalam hubungan yang baik-baik saja. Maksudku, apakah sekarang ini kita bermusuhan?
Apakah... Apakah aku hanya menjadi pemain figuran yang akan lewat sebentar saja di dalam sedikit episode film  kehidupanmu? Dan apakah... Apakah kau hanya pemain figuran yang akan lewat sebentar saja di dalam sedikit episode film kehidupanku?
Ah... Sebentar sekali. Terlalu indah permainan kita sebagai pemain figuran yang hanya lewat sebentar saja dalam episode kehidupan kita masing-masing; kau dalam hidupku dan aku dalam hidupmu. Itu indah, tapi hanya sebentar, kemudian terlewatkan dan terlupakan.
Tahukah kau? Detik ini air mataku sudah mengering. Sudah cukup aku menyayangkan hal ini terjadi. Aku tinggal hanya berpikir. Berpikir untuk sesuatu yang tidak terpikirkan. Kosong.

...

Seharusnya aku menyalahkanmu atas semua ini.
Tapi, aku tidak akan pernah melakukannya.

Jumat, 06 April 2012

Potongan Episode Bersama Emak

Pendahuluan dulu yaaa…!

            Sebelumnya, mohon dimaklumi. Berhubung aku ini adalah asli orang sunda, jadi kebanyakan orang itu memanggil namaku dengan merubah lafal huruf ‘Z’ menjadi huruf ‘J’, tepatnya berbunyi ‘Suji’. Haha… Ehm, tapi mungkin memang karna namaku yang unik sehingga cukup banyak panggilan-panggilan yang berbeda yang ditujukan untuk memanggil namaku. Diantaranya, Suzi, Zi, Suji, Ji, Susi, Sus. Bahkan ada juga yang senang membalikan namaku menjadi Izus, tapi lebih sering terdengar Ijus sebenarnya. Dan ada satu panggilan istimewa, meski tidak bagus, yang hanya digunakan oleh keluarga terdekat dan beberapa teman untuk memanggil dengan nama tersebut, yakni Kujil. Hahaha, Jelek ya… 
            Hal tersebut hanya seputar nama. Selanjutnya, mohon dimaklumi mengenai bahasa yang akan aku gunakan. Bahasa yang aku gunakan disini adalah bahasa sunda, bukan sunda halus. Ngerti lah bagaimana kualitas bahasa sundanya orang bogor, halus dan kasarnya bahasa tidak dibedakan berdasarkan kata-katanya, melainkan hanya dibedakan dari nada yang digunakan diperhalus jika memang ingin terkesan halus.
Haduh, semoga teman-teman mengerti dengan maksudku ya…

Ya udah, mulai yukk…!

Selesai sholat Isya bareng di kamar  emak.
            “Ji, uji mah kan pinter, bisa maca. Atuh eta buku anu dibere ku emak dibaca, diapalkeun, diala elmu na… Lamun emak mah kan teu bisa maca, ke lamun bacaan na geus ka ala, uji ajarkeun emak. Mumpung ngora keneh, gampang neangan elmu na. Nya?”
            “Heu’euh, mak. Tapi na uji mah jelema na males, mak, lamun keur teu hayang-hayang teuing mah. Hehe”
            Bla bla bla…

Suzi main ke kamar emak malam hari.
            “Ji, mumpung emak aya keneh ieu mah nya. Eta, sholat ulah ditanggalkeun nya. Aduh, ulah, ulah, ulah, nya neng… sing gewat lamu rek sholat teh. Emak mah nyaah ka uji”
            “Heu’eum, mak. Tenang weh’
            Bla bla bla…

Emak lagi sakit, suzi main malem-malem ke kamar emak.
            “Ji, uji umur na beraha taun ayeuna?”
            “Genep belas taun. Kunaon, mak?”
            “Oh, dua taun deui atuh…”
            “ih, naon, mak?”
            “ atuh geura kawin, mahi geus delapan belas taun mah. Emak ge keur kawin jeung abah umur delapan belas taunan lamun teu salah mah”
            “Ih, si emak mah. Lila keneh uji mah, mak. Leutik keneh atuh”
            “Ah, leutik keneh naon. Mahi umur sakitu kawin mah. Lamun geus parawan mah, ulah sok tampikan. Aya lalaki anu resepeun mah daek weh lamun manehna geus gawe mah”
            “Hahahahaha, emak mah eheyyy…”
            “Yeeh, pan mumpung emak aya keneh. Supaya emak bisa nungkulan uji nikah. Emak kan geus kolot, ji. Nya?. Emang uji ayeuna geus boga kabogoh can?”
            “Haha, aduh emak ih… Atuh tenang weh, mak. Geus aya ke, tempokeun weh nya. Ke uji kedeng ge nikah yeuh deuh, hehe”
            Bla bla bla…

Main ke kamar emak, kebeneran ada abah yang lagi sakit.
            Bla bla bla…
            “Lagian sih abah mah ngaroko wae. Eta batuk na teu eureun-eureun oge”.
            “Haha, kajen deuh. Teu ngenah atuh Ji lamun teu ngaroko mah”
            “Ya eta tuh geuningan abah jadi batuk wae, kan jadi teu ngeunah awak karasana, bah…”
            “Heu’euh, deuh…”
            Bla bla bla…
            “Bah, eta abah duit na anu sok dipake meuli rokok lamun disimpen mah lumayan, bah. Loba eta, uuh mantep !”
            “Atuh, geura uji anu meulikeun rokokna jeung abah”
            “Ihiiy, embung. Nyaah dibeulikeun jeung rokok mah”
            Bla bla bla
            “Abah, coba geura abah ulah ngarokok heula sabulan weh. Ke lamun abah bisa, uji ke meulikan daging hayam deuh jeung abah jeung emak”
            “Daging embe weh atuh coba, haha. Heu’euh, bener nya”
            “Haha… Heu’eum, beneran. Tapi abah ge beneran ulah ngaroko heula”
            “Tapi saeutik mah kajen atuh”
            “Iiih, abah mah kitu daa. Embung atuh teu jadi uji meulikeun dagingna”
Bla bla bla… Tertawa bersama-sama…

DAN MASIH BANYAK LAGI POTONGAN EPISIDE YANG LAINNYA  ^_^

Senin, 12 Maret 2012

Semangat Memuncak !!!

   Hhm, Allah cintaku. Jadi makin cinta padaMu deh ! hihihi ^_^
Rasanya diri ini seperti telah menemukan jalan yang akan memudahkan aku untuk senantiasa lebih dekat denganMu, Cintaku.
Ehm... aku, saya, diri ini, yang pastinya tak pernah luput dari kekhilafan, akan selalu bersemangat untuk mendapatkan cinta dariMu, Cintaku.
Love love love, untukMu. ^_^

*** Cinta Tingkat Tinggiii ... Takkan Tergantiii ... Takkan Pernah Matiii ... Pasti Abadiii ***

Berpikir, yuk...!

Mari bertafakur dengan potongan-potongan lirik nasyid bermakna dibawah berikut ini :

* Satu Cinta - Star5
Engkau satu cinta yang slamanya aku cari
Tiada waktu kutinggalkan demi citaku kepadaMu
Walau seribu rintangan kan menghadang dalam diri
Ku teguhkan hati ini, hanya padaMu kupasrahkan
   
     Hhm, memang sudah selayaknya hal seperti harus ada dalam diri kita.
- Apa? Cinta yang sangat mendalam pada Allah swt.
- Perasaan seperti apa? Perasaan selalu ingin berada dekat denganNya
- Bertindak sebagaimana? Sebagai seorang hamba yang tak akan pernah berhenti berusaha untuk mendapatkan cintaNya tanpa merasa terbelenggu oleh apapun.


*Muhasabah Cinta - edCoustic
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

    
     Nah, inilah yang semestinya kita rasakan.
- Apa? Kepasrahan diri yang mendalam pada Allah swt. dengan bertawakal
- Perasaan seperti apa? Sabar disertai keoptimisan yang tinggi
- Bertindak sebagaimana? Tak henti berdoa padaNya, memohon untuk selalu diberikan segala hal yang terbaik bagiNya untuk kita
- Bagaimana berpikir? Bahwa Allah tak pernah lupa untuk memberikan nikmatNya untuk kita. Karena itu kita harus selalu bersyukur. Dan tidak hanya bersyukur dengan berucap, tapi juga bertindak.


Sudah sudah... hehe
Itu saja dulu yooooo... huhuhuhuhu :) :) :)

Selasa, 03 Januari 2012

Dialah Siska

Namanya Siska, atau lebih akrab dipanggil Ika. Salah satu dari sekian banyak anak korban perceraian orangtua. Lebih dominan, dia memang dikenal sebagai anak gadis yang ternilai kurang baik perilaku dan sikapnya. Tapi jauh didalam dirinya, aku tahu bahwa dia sebenarnya adalah seseorang yang baik. Aku tahu benar. Dengan tertutupi oleh sifatnya yang tidak pedulian dan tomboy, sehingga tidak nampak oleh setiap orang yang belum mengenalnya lebih dekat bahwa sebenarnya dia juga memiliki perasaan sebagaimana layaknya seorang wanita berhati halus. Hatinya dapat rapuh dan cairan bening dari matanya dapat mengalir ke pipinya kala ia sedih meratapi nasib yang menimpanya… Saat ini aku tidak bisa banyak bercerita tentang dirinya.

Disini telah kutuliskan ungkapan hati seorang Siska dengan bahasanya yang sederhana dan cara menulisnya yang seadanya. Tulisan ini kuambil dari sebuah lipatan-lipatan kertas yang membentuk satu buah buku kecil berisikan tulisannya. Buku kecil ini kutemukan diantara banyak buku kecil sejenisnya yang lain milik teman-teman sekelasnya ketika itu. Terletak dibagian bawah rak buku di perpustakaan sekolah SMP-ku. Kuambil dan kupinjam untuk aku abadikan isinya diblog ini ketika aku kesana untuk main setelah pulang sekolah. Kebetulan saat itu aku pulang lebih cepat dari sekolah.

Pada saat dia membuat dan menuliskan ini, kondisinya dia masih sekolah di SMPIT Nurul Fajar menduduki kelas VII, sebelum pada akhirnya dia memutuskan berhenti sekolah untuk menyusul ke tempat ibunya berada, tepatnya di Cibodas, seperti apa yang diinginkannya. Dan dengan beberapa alasannya lainnya yang tidak bisa kutuliskan disini…

Curhatan Siska :

“Pada suatu hari saya bersekolah di sebuah SMPIT Nurul Fajar dan sekolahnya pun luar biasa. Kemudian saya belajar dengan teman2.ku kemudian saya pun pulang kerumah. Saya pun melihat ibu ku dan ayah ku berkelahi. Lalu ibuku pergi meninggalkan aku. Dan ayahku akupun sedih karna ibuku sudah melahirkan ku.sejak baby hingga sekarang ini.
Aku setiap malam menangis. aku sangat rindu karena ibu sudah bekerja keras untuk keluargaku. aku ditinggalkan ibu sudah 4 tahun. aku pun ingin bertemu dengan ibu. Ibu aku berjanji aku sudah dewasa aku akan menyusulmu ibu ibu kenapa beberapa saat ini ibu ga pernah menengokku. aku pun sangat rindu. Ibu aku kapan bisa bertemu dengan ibu, aku selalu memikirkan mu. Ibu kenapa ibu meninggalkanku begitu saja. aku terharu kehilangan seorang ibu. ibu sudah berjasa kepada keluargaku.”

Keaslian isi tulisan :

Gambar ini lebih jelas :


Kubaca tulisannya ini berulang-ulang, mencoba memahami maksudnya. Karena rangkaian kata yang dia tuliskan ini memang agak berlibet dan harus jeli agar bisa tepat memahaminya. Tidak terasa ternyata mataku basah, dan penglihatanku buram terhalang air mata ketika membaca untuk kedua kalinya perlahan-lahan. Aku mulai mengerti maksudnya dan aku bisa membayangkan dengan jelas bagaimana perasaannya ketika sedang menuliskan ini.

Oh, Siska… Berbahagialah kau selalu. Kan kudo’akan agar kau selalu dalam perlindunagn Allah. Aku berharap kau dapat merubah pribadimu menjadi lebih baik dan Allah mempermudah perubahanmu dengan segala petunjuk dan kasih sayang-Nya. Aamiin ya Allaah…