Half Purple and Blue Butterfly

Selasa, 03 Januari 2012

Dialah Siska

Namanya Siska, atau lebih akrab dipanggil Ika. Salah satu dari sekian banyak anak korban perceraian orangtua. Lebih dominan, dia memang dikenal sebagai anak gadis yang ternilai kurang baik perilaku dan sikapnya. Tapi jauh didalam dirinya, aku tahu bahwa dia sebenarnya adalah seseorang yang baik. Aku tahu benar. Dengan tertutupi oleh sifatnya yang tidak pedulian dan tomboy, sehingga tidak nampak oleh setiap orang yang belum mengenalnya lebih dekat bahwa sebenarnya dia juga memiliki perasaan sebagaimana layaknya seorang wanita berhati halus. Hatinya dapat rapuh dan cairan bening dari matanya dapat mengalir ke pipinya kala ia sedih meratapi nasib yang menimpanya… Saat ini aku tidak bisa banyak bercerita tentang dirinya.

Disini telah kutuliskan ungkapan hati seorang Siska dengan bahasanya yang sederhana dan cara menulisnya yang seadanya. Tulisan ini kuambil dari sebuah lipatan-lipatan kertas yang membentuk satu buah buku kecil berisikan tulisannya. Buku kecil ini kutemukan diantara banyak buku kecil sejenisnya yang lain milik teman-teman sekelasnya ketika itu. Terletak dibagian bawah rak buku di perpustakaan sekolah SMP-ku. Kuambil dan kupinjam untuk aku abadikan isinya diblog ini ketika aku kesana untuk main setelah pulang sekolah. Kebetulan saat itu aku pulang lebih cepat dari sekolah.

Pada saat dia membuat dan menuliskan ini, kondisinya dia masih sekolah di SMPIT Nurul Fajar menduduki kelas VII, sebelum pada akhirnya dia memutuskan berhenti sekolah untuk menyusul ke tempat ibunya berada, tepatnya di Cibodas, seperti apa yang diinginkannya. Dan dengan beberapa alasannya lainnya yang tidak bisa kutuliskan disini…

Curhatan Siska :

“Pada suatu hari saya bersekolah di sebuah SMPIT Nurul Fajar dan sekolahnya pun luar biasa. Kemudian saya belajar dengan teman2.ku kemudian saya pun pulang kerumah. Saya pun melihat ibu ku dan ayah ku berkelahi. Lalu ibuku pergi meninggalkan aku. Dan ayahku akupun sedih karna ibuku sudah melahirkan ku.sejak baby hingga sekarang ini.
Aku setiap malam menangis. aku sangat rindu karena ibu sudah bekerja keras untuk keluargaku. aku ditinggalkan ibu sudah 4 tahun. aku pun ingin bertemu dengan ibu. Ibu aku berjanji aku sudah dewasa aku akan menyusulmu ibu ibu kenapa beberapa saat ini ibu ga pernah menengokku. aku pun sangat rindu. Ibu aku kapan bisa bertemu dengan ibu, aku selalu memikirkan mu. Ibu kenapa ibu meninggalkanku begitu saja. aku terharu kehilangan seorang ibu. ibu sudah berjasa kepada keluargaku.”

Keaslian isi tulisan :

Gambar ini lebih jelas :


Kubaca tulisannya ini berulang-ulang, mencoba memahami maksudnya. Karena rangkaian kata yang dia tuliskan ini memang agak berlibet dan harus jeli agar bisa tepat memahaminya. Tidak terasa ternyata mataku basah, dan penglihatanku buram terhalang air mata ketika membaca untuk kedua kalinya perlahan-lahan. Aku mulai mengerti maksudnya dan aku bisa membayangkan dengan jelas bagaimana perasaannya ketika sedang menuliskan ini.

Oh, Siska… Berbahagialah kau selalu. Kan kudo’akan agar kau selalu dalam perlindunagn Allah. Aku berharap kau dapat merubah pribadimu menjadi lebih baik dan Allah mempermudah perubahanmu dengan segala petunjuk dan kasih sayang-Nya. Aamiin ya Allaah…

Puisi dari Ilham

Hhm, dapet puisi baru nih dari Ilham…

Hah, sampe berusaha dibuat sepersis mungkin dengan hasil tulisan Ilham yang sebenernya, supaya tidak ada unsur perubahan, asli, murni, dan bukan hasil plagiat karena sudah dapat ijin langsung dari Ilham tuk bisa kutuliskan diblogku ini…

Ilham sedikit bercerita, katanya dia iseng-iseng buat puisi pada saat sedang ulangan pelajaran Ekonomi ketika UAS kemarin itu. Hhm, mungkin dia mengisi waktu kosong setelah selesai mengerjakan soal-soal ulangan, atauuu karena dia sudah merasa pusing dengan soal-soal ulangannya maka dia beralih dengan membuat puisi. Hahaha, perlu diketahui juga, kalau Ilham ini membuat puisinya diatas potongan kertas buram kecil yang disediakan sekolah untuk mengorat-oret hitung-hitungan. Hahahaha, bener-bener gak ada kerjaan Ilham itu dan gak modal juga ternyata.

Inilah yang Ilham bilang sebagai puisi hasil karyanya !
Tuhan memberikan 2 mata
Untuk memandangmu
Tuhan memberikan 2 telinga
Untuk mendengarkan senandungmu
Tuhan memberikanku 1 mulut
Hanya untuk Mengucap Puji Syukur
Karena aku dapat bersamamu
Tuhan memberikanku 2 tangan
Untuk menjagamu
Tuhan memberikanku 2 kaki
Hanya untuk menemanimu
Tapi tuhan hanya memberikanku 1 hati
Yang kugunakan hanya untuk mencintaimu
                        ILHAM IRWANSYAH

Haha, agak aneh dan sedikit lucu juga kalau diteliti tiap katanya. Coba perhatikan, Ilham mengatakan ‘tapi’ diakhir-akhir untuk kata 1 pada sebuah hati, padahal sebelumnya Ilham sudah mengatakan 1 pada sebuah mulut. Hhm, tidak salah sih. Cuma terkesan agak janggal saja, keunikan rangkaian katanya jadi agak lecet. Hehehe (Maaf Ilham, hanya iseng berpendapat)

Bisa ditebak! Pasti ada satu orang yang sangat jelas terbayang oleh Ilham dalam pikirannya ketika sedang merangkai kata dan menuliskan puisi ini. Dan tak bisa dipungkiri, bukan husnudzon dan bukan juga su’udzon, seseorang yang Ilham pikirkan adalah seorang ‘teman’ wanita yang disukainya, entah teman dalam arti seperti apa. (hehe, hanya iseng berpendapat lagi)

Udahan deh cuap-cuapnya… ^_^
Hhm, selesai juga.


Eh, nambah dikit.
Sedikit bocoran…! Suatu malam setelah beberapa hari Ilham memberikan kertas yang berisikan puisinya itu padaku untuk kusalin. Ilham memintaku untuk mengirimkan puisinya itu melalui SMS. Eum, sampe pegel jari rasanya ngetik-ngetik puisinya itu, tapi akhirnya kukirimkan juga walau agak lama karena aku tak punya pulsa dan harus pinjam Hp kakakku dulu… Tebakanku lagi, sepertinya malam itu Ilham akan memberikan puisinya pada someone yang istimewa. Hehehe… (hanya pendapat)

Nambah dikit lagi.
Padahal kalau orang yang ditujunya adalah mamanya. Bisa dipastikan, pasti mamanya akan menangis haru penuh cinta karena diberi dan dibacakan puisi seperti itu oleh anak jagoannya. Secara Ilham kan lelaki, yang menurut pengakuannya sendiri “Cowo Maco”. hahaha